Friday, 3 February 2012

MENGEMBALIKAN PEREMPUAN KEPADA FITRAHNYA

Ditengah himpitan ekonomi yang melanda negeri ini, mengakibatkan perempuan-perempuan yang notabene sebagai ibu rumah tangga berjibaku untuk membantu beban ekonomi keluarga dengan bekerja mencari uang. Gaji suami yang pas-pasan tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Apalagi untuk biaya sekolah buah hati yang  kian hari kian mahal.
Alhasil ibu-ibu rumah tangga lebih rela meninggalkan suami dan anaknya untuk menjadi TKW di luar negeri dengan iming-iming gaji yang besar. Sekalipun  tak sedikit nasib tragis TKW di luar negeri yang berakhir dengan penyiksaan oleh majikannya bahkan sampai ada yang dibunuh. Namun semua itu tak menyurutkan tekad ibu-ibu rumah tangga tadi untuk menjadi TKW. Seakan akan menjadi TKW di luar negeri adalah alternative terakhir yang bisa dilakukan.

Fenomena perempuan menjadi TKW di luar negeri bukanlah hal baru di negeri ini. Hampir setiap tahunnya ada TKW yang diberangkatkan ke luar negeri. Disamping itu setiap tahunnya selalu ada kasus tragis yang menimpa TKW Indonesia, baik itu yang terekspos media maupun tidak.  Sejatinya, pemerintah sudah berusaha menuntaskan masalah TKW Indonesia, namun pemecahan masalah yang diambil selalu parsial. Sehingga kejadian yang sama terulang kembali.
Jika dilihat lebih dalam, kepergian ibu rumah tangga ke luar negeri tidak hanya membahayakan nyawanya tapi juga nyawa rumah tangganya dikemudian hari. Fakta telah banyak berbicara tentang hal ini. Bagaimana tidak, ibu yang seharusnya berperan sebagai pengatur rumah tangga tiba-tiba tidak ada. Pengatur rumah tangga kemudian diambil alih sang suami yang sekaligus merangkap pengasuh anak. Padahal seharusnya seorang suamilah yang berkewajiban mencari nafkah. Akibatnya struktur  keluarga menjadi goyah. Rumah tangga tidak ideal lagi untuk berbagi, berdiskusi, dan berkasih sayang.
Kebanyakan ibu-ibu rumah tangga dalam keterjepitan ekonomi tentu akan menimbang seribu kali bila ditawari mengurus dan mendidik anak. Mereka berdalih, mau makan apa saya, anak saya?
Sesuai kondisi yang terjadi di masyarakat saat ini, seperti ada pemutarbalikan hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Dan telah salah kaprah. Ibu mencari nafkah sementara ayah sebagai bapak rumah tangga. Tentu saja fenomena ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut, karena akan  membawa kemurkaan Allah SWT. Sebagai seorang yang beriman, seharusnya kita menempatkan segala sesuatu pada yang semestinya. Kewajiban seorang suami adalah mencari nafkah.
Ini berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah:233: “kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.”
“tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal, sesuai dengan kemampuanmu.” (QS. Ath –Thalaq:6)
Jadi jelas, bahwa kepada setiap laki-laki yang mampu bekerja, Islam mewajibkan untuk berusaha bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhannya dan keluarga. Adapun untuk perempuan islam tidak mewajibkan bekerja.
Peran ibu sebagai umu wa robbatul baiti terabaikan dengan kepergiannya ke luar negeri. Peran keibuan bukanlah peran yang bisa digantikan kepada sang suami. Apalagi ketika anak-anak masih kecil. Dengan menitipkan anak di kelompok–kelompok PAUD hanyalah upaya untuk mengatasi ketiadaan  ibu. Namun  tetap saja tidak bisa menggantikan peran dan perhatian  ibu. Peran seorang ibu tidak bisa digantikan ayah ataupun kelompok PAUD.
Disamping itu ketaatan ibu kepada suami akan berkurang bila melihat suami yang tidak berpenghasilan sama sekali. Bukan tidak mugkin, perceraian akan terjadi karena suami dipandang tidak sesuai keinginan istri.
Sesungguhnya islam sendiri tidak melarang perempuan untuk bekerja. Tetapi dengan tidak mengabaikan tugas utamanya sebagai umu wa robbatul baiti.
Mungkin akan ada yang menilai pemahaman seperti ini terlalu kuno, tidak tahu situasi dan kondisi. Namun sejatinya, kita mesti mengingat tujuan penciptaan manusia. Tidak lain dan tidak bukan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.  Dialah yang menciptakan manusia tentu Dialah yang paling mengerti tentang ciptaanNya. Dengan mengembalikan segala sesuatu  ke fitrahnya adalah upaya menjalankan perintah Allah SWT. Dan agar kita terhindar dari kemurkaan Allah SWT.

No comments:

Post a Comment