Monday, 27 February 2012

----Idola Korea, Please Deh----


 Ada seseorang bertanya, "apa hukumnya mengidolakan artis korea atau boyband? kan mereka keren-keren?".
Naluri untuk mengidolakan sesuatu/seseorang memang wajar pada diri manusia, disadari atau tidak disadarinya. Katakan tak idolakan artis, namun ia mengetahui seluruh kehidupan dan detail biografinya, bahkan memasang imajinya dimanapun, sama saja merasa cenderung kepadanya, memiliki 'rasa' saat melihatnya, kekaguman berlebih, merasa ajib hanya dengan keberadaannya, sama saja itulah mengidolakan secara sadar ataupun tak sadar, dan itu wajar karena manusia memiliki naluri itu.
       Mencari patron, idola tak salah bila kita mengidolakan Rasulullah, para shahabat, dan generasi setelah mereka, sungguh amal mereka mengagumkan tak silap bila kita mengidolakan ahli Al-Qur'an dan hartawan yang ringan tangannya dalam membantu, karena kagum pada dua kelompok itu boleh. Namun, kagum pada artis korea? boyband? Ini perkara yang terlalu sia-sia? apa yang bisa kita dapat darinya? mengeksplorasi fisik dan materi fana, mengeksploitasi "keren" dan akhirnya tanpa sadar mereka mengikat engkau dengan dunia yang mereka cinta. Mengandalkan wajah yang "cool", tanpa sadar standar kita dalam menilai orang tidaklah dari akhlak sebagaimana perintah Allah. Tapi dari fisik setiap jiwa pasti akan merasakan mati.
Setiap yang bernyawa pasti akan rusak dimakan waktu, termasuk kulit indah dan wajah tampan  saat di bawah tanah ia adalah konsumsi belatung, tak ada lagi yang bisa dibanggakan dari "keren" dan "cool" fisik dan apakah ada amal shaleh yg artis dan boyband itu buat? Nihil. Selama ini belum pernah kita dengar bahwa salah satu dari pintu surga adalah kemahiran mengolah dansa dan wajah romansa. Memang  tak ada dan belum pernah disampaikan Rasulullah bahwa jalan untuk hindari neraka adalah wajah yang cool dan gaya yang keren.
Tahukah kita, bila kita mengidolakan seseorang, maka kita akan selalu berusaha menyesuaikan diri kita dengan orang yang kita kagumi? Menirunya dalam segala perkara, mimikri segala tindak tanduk bahkan semua cara berpikir dan merasa, seolah kita bagian darinya? minimal kita memaksa diri mengetahui setiap hal yang ada padanya, bahkan melebihi tahu kita terhadap sirah Rasulullah? Naudzubillah.
Saat Anas bin Malik ditanya Rasulullah, “apa yg telah kamu siapkan untuk hari kiamat” Anas menjawab "Kecintaan kepada Allah & Rasul-Nya" maka Rasulullah menjawab, “sesungguhnya kamu bersama yang engkau cintai” subhanallah, kecintaan dan kekaguman menghantarkan tempat yg sama. Anas pun berucap "kalau begitu, aku pun mencintai Abu Bakar dan Umar, berharap bersama mereka walau amalku belum seperti mereka"
Mengagumi, mencintai akan menyamakan tempat dan bersama dengannya. Bagaimana bila mencintai artis korea? boyband dan semisalnya? :). Cukuplah  Rasulullah Muhammad, Khulafaurrasyidin, shahabat dan Muslim tangguh lainnya yang menjadi idola dan yang kita kagumi. Selain memberikan manfaat di dunia, mereka juga bisa memberikan manfaat di akhirat, saat seluruh amal ibadah dihisab mengidolakan manusia biasa. Apalagi di zaman ini akan menghasilkan sesal dan kecewa, apalagi mengagumi dan mengidolakan yang gak Muslim? Coba perhatikan ayat Allah
Dan apabila melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka: semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. 63:4)
Maksud kayu tersandar jelas sudah, perkataan dan fisiknya terlihat mengagumkan, namun amal dan akalnya kosong. Subhanallah, semoga kecintaan pada orang Mukmin, kagum akan ibadah dan amal shaleh merka selalu menghiasi akal-pikiran kita.
Penulis : Ustad Felix

1 comment:

  1. mengidolakan hanya karena tampang taa
    secara kualitas, harusnya patut dipertanyakan

    ReplyDelete